Muslihat Kakek Dewo 3
Rohmah
dan Wiwik baru saja pulang dari jalan-jalan di sekitar desanya. Keduanya nampak
anggun dengan memakai jubah dan jilbab lebarnya. Kecantikan dan kemolekan tubuh
mereka membuat keduanya menjadi incaran pemuda kampung. Tetapi
tidak ada yang benar-benar berani mendekat karena takut dengan Kyai Kholil.
Dewo
merencanakan akan memperawani anak Nyai Siti dulu, dia meminta Nyai Siti untuk
memasukkan obat perangsang dosis tinggi ke dalam minuman Rohmah. Dan kemudian
meminta Nyai Siti untuk mengajak keluar Wiwik selama beberapa jam. Nyai Siti
dengan tanpa membantah mematuhinya.
Sesampainya
di rumah, Nyai Siti menyambut mereka dan kemudian menyodorkan minuman. Rohmah
tanpa curiga langsung menghabiskan minumannya dan kemudian pergi ke kamarnya.
Nyai Siti dengan perasaan bersalah namun tidak bisa berbuat apa-apa, kemudian
meminta Wiwik untuk mengantarkannya ke rumah sanak keluarga di desa sebelah
dengan terlebih dulu memberitahu anaknya, si Rohmah.
”Mah,
Umi mau pergi ke rumah budhe-mu dulu sama Wiwik, kamu hati-hati ya di rumah.”
katanya.
”Iya,
Mi.” sahut Rohmah dari dalam kamar.
Maka
berangkatlah Nyai Siti dan Wiwik dengan mengendarai sepeda, meninggalkan Rohmah
berdua dengan Dewo.
Minuman
yang diberikan Nyai Siti atas perintah Dewo ternyata bukan hanya obat
perangsang saja, tetapi juga telah diberi mantra pelet. Setelah lima belas
menit, Rohmah mulai kelihatan gelisah, birahinya perlahan memuncak. Tanpa sadar
tangannya mulai meremas-remas payudaranya sendiri. ”Kenapa aku jadi begini?”
batin Rohmah dalam hati, ia menyadari ada sesuatu yang aneh terjadi pada
tubuhnya, tapi sama sekali tidak tahu penyebabnya dan sekaligus tidak bisa
melawan.
Malah
seperti dituntun oleh kekuatan gelap, Rohmah keluar dari kamar dan duduk di
ruang tamu dengan masih melanjutkan remasan pada buah dadanya. Dewo yang
mengintai dari balik pintu ruang tengah perlahan berjalan mendekat dan
bertanya, ”Neng Rohmah, kenapa susunya diremas-remas, gatal ya?” tanya Dewo
dengan seringai mesum.
Rohmah
tidak menjawab, tapi masih terus melanjutkan remasan tangannya. Ia tidak bisa
menghentikannya, padahal tahu kalau perbuatan itu salah. Bahkan kini ada paman
Dewo di depannya yang menonton dengan liur meleleh di bibir.
Merasa
kalau obat perangsang dan mantra peletnya sudah bekerja sempurna, Dewo makin
berani bertindak. ”Mau saya bantu?” tanyanya kemudian.
Dan
Rohmah seperti orang linglung, hanya mengangguk mengiyakan.
Melihat
kesempatan itu, Dewo langsung meremas susu mulus Rohmah. Bisa dirasakannya
payudara Rohmah yang baru tumbuh begitu empuk dan kenyal di genggaman
tangannya. Beda sekali dengan punya Nyai Siti yang besar
dan bulat, tapi sudah agak kendor. Payudara Rohmah masih terasa ’utuh’, nyata
kalau benda itu tidak pernah terjamah oleh tangan-tangan yang tidak berhak.
Tapi sekarang Dewo berhasil menguasainya.
Dengan
tidak sabar, Dewo menelusupkan tangannya masuk ke dalam BH mungil Rohmah.
Sekarang bisa dipegangnya payudara gadis itu secara langsung. Ukurannya pas
dengan cakupan tangannya, dengan puting mungil yang masih terasa sedikit rata.
Dewo meremasnya, bergantian kiri dan kanan, merasakan teksturnya yang empuk dan
kenyal, juga begitu hangat dan lembutnya benda itu. Tak lupa juga putingnya
yang mungil ia pijit dan pilin-pilin sedemikian rupa hingga perlahan membuatnya
makin menegak dan menegang keras.
Mendapat
perlakuan seperti itu, Rohmah yang tidak pernah disentuh oleh laki-laki, jadi
kelojotan sendiri. Tubuh mudanya perlahan mengejang dan menggelinjang, rintihan
dan desisan silih berganti keluar dari bibir mungilnya. Apalagi ditambah obat
perangsang Dewo yang makin kuat mencengkram iman tipisnya, dalam waktu sekejap,
ia langsung orgasme. Cairan kewanitaan menyembur deras dari relung liang
memeknya yang bahkan belum diapa-apakan oleh Dewo.
Melihat
Rohmah sudah terkulai kelelahan dalam pelukannya, Dewo tersenyum semakin lebar.
Nyai Siti saja yang sudah sering memberikan pengajian kepada ibu-ibu, takluk
kepada dirinya, apalagi anak bau kencur seperti Rohmah, dengan mudah Dewo
menjalankan rencananya. Tanpa perlu sungkan-sungkan lagi, ia pun bertanya.
”Neng Rohmah, mau nggak melihat kontol Paman?”
Rohmah
hanya tersipu malu menanggapi, tapi matanya tetap melirik ke arah tonjolan
besar yang ada di selangkangan Dewo. Ia pasrah saja saat Dewo menarik tangannya
dan meminta agar gadis itu mengelus-elus pelan batang penisnya. Dari luar
celana saja benda itu sudah terasa begitu keras dan panjang, saat mencoba
menggenggamnya, tangan mungil Rohmah tidak bisa mencakup semuanya. Rohmah
sedikit terhenyak menghadapinya. ”Gede banget, Paman!” lirihnya antara takut
dan suka.
Dewo
kemudian memelorotkan celananya, juga celana dalamnya, hingga kontol hitamnya
yang sebesar pisang ambon tegak mengacung di depan Rohmah. Dengan sabar terus
dibimbingnya tangan anak Kyai Kholil itu agar tetap menggenggam dan
mengelus-elusnya pelan. ”Ayo, Rohmah, emut dan sepong kontolku, pakai bibirmu!”
kata Dewo saat mulai tak tahan. Ia memang paling suka kalau kontolnya diemut
oleh perempuan. Bahkan dengan Nyai Siti, Dewo lebih banyak ejakulasi di mulut perempuan
cantik itu daripada di memek Nyai Siti yang sempit.
Tidak
membantah, meski agak sedikit kesulitan pada awalnya, Rohmah mencoba mengoral
kontol Dewo. Ia mencoba menelannya bulat-bulat, tapi hanya muat kepalanya saja.
Akhirnya Rohmah hanya menghisap ujung kontol Dewo sambil sesekali lidahnya
terjulur untuk menjilati batangnya yang berurat tebal, tanpa pernah bisa
melahapnya sama sekali. Dewo yang merasa tanggung dengan sepongan Rohmah,
segera memberi tahu cara yang benar.
”Tahan
nafasmu, Neng Rohmah. Anggap saja Neng lagi makan eskrim, nanti lama-lama juga
bakal terbiasa sendiri.” kata Dewo memberi saran.
Rohmah
segera mengikutinya. Dengan saran Dewo, ia mulai bisa menyepong kontol walaupun
tetap terlihat agak sedikit kaku. Tapi sudah lumayan dibanding yang tadi.
Sekarang sudah hampir setengah kontol Dewo yang masuk ke dalam mulutnya. Dewo
juga mulai merasakan nikmat, bahkan lama-lama ia menjadi tak tahan hingga tanpa
sadar mulai memegang kepala Rohmah yang masih terbungkus jilbab dan
menggerakkannya maju-mundur dengan cepat. Ia memompa kontolnya ke mulut mungil
gadis muda itu, sampai akhirnya...
Crooot!
Crooot! Crooot! Spermanya muncrat memenuhi mulut basah Rohmah. ”Aghmph... uhuk,
uhuk!” Rohmah sedikit kaget dan terbatuk-batuk saat menerimanya, tapi sama
sekali tidak bisa menolak.
”Ayo,
Neng telan maniku! Aarrghhh... aku keluar!!” erang Dewo sambil menembakkan
seluruh isi kontolnya ke mulut Rohmah.
Tidak
ingin tersedak, dan juga penasaran ingin merasakan rasa air mani, Rohmah segera
menelan seluruh sperma Dewo. Ia jilati seluruh cairan putih kental yang keluar
dari kontol Dewo hingga tidak tersisa sedikitpun, bahkan yang masih menempel di
batang penis Dewo juga ia hisap hingga bersih. Rasanya ternyata tidak sejijik
yang ia bayangkan. Rasa mani Dewo ternyata cukup enak juga. Rohmah menyukainya.
Gadis itu sama sekali tidak sadar kalau itu akibat dari obat perangsang yang
ditaruh Dewo dalam minumannya. Rohmah yang tadinya lugu dan pendiam jadi nakal
dan liar seperti sekarang.
Melihat
Rohmah berani menelan maninya, Dewo merasa yakin bahwa gadis itu kini sudah
benar-benar berada dalam genggamannya. Ia tidak perlu merapal lagi mantra
peletnya untuk membuat Rohmah semakin bertekuk lutut dalam dekapannya. Maka,
sambil tersenyum puas, Dewo pun kemudian meminta Rohmah untuk berjanji, ”Apakah
kamu mau menjadi lonte, gundik dan budak seks-ku, Cah Manis?”
Tanpa
membantah dan berpikir lagi, Rohmah segera mengangguk mengiyakan. ”Iya, Paman!”
”Apakah
kamu menyerahkan segenap jiwa ragamu untuk kontolku?” tanya Dewo sambil menatap
lekat mata gadis muda itu.
Rohmah
dengan takzim menjawab, ”Aku akan selalu menjadi milik Paman, apapun yang Paman mau dan perintahkan akan
saya laksanakan. Kontol Paman Dewo adalah segalanya bagiku, seluruh tubuhku
hanya untuk kontol Paman. Mulutku, memekku dan anusku
milik Paman semua. Paman boleh memasuki kapan dan dimanapun Paman ingin!”
Dewo
tertawa terbahak-bahak. Tambah satu lagi koleksi budak seksnya, dan kali ini
adalah anak bau kencur putri Kyai Kholil. Setelah mendapatkan ibunya, kini ia
mendapatkan anaknya juga. Sungguh beruntung dirinya. Tinggal Wiwik, adik Nyai
Siti, yang belum. Tapi itupun juga tidak akan lama karena Dewo sudah
merencanakan sesuatu pada gadis itu. Setelah semuanya bertekuk lutut, baru Dewo
akan tenang menjalani sisa hidupnya.
Melihat
Dewo cuma tertawa-tawa sambil memandangi dirinya, Rohmah buru-buru menambahkan.
”Bahkan Paman juga boleh mengencingi saya jika Paman mau, akan kubersihkan
dengan mulut saya setelah Paman buang air. Apapun hanya untukmu, Paman Dewo.”
kata gadis muda itu.
Mendengar
janji Rohmah yang begitu muluk, Dewo tertawa semakin keras. Ia bagai malaikat
saja di hadapan anak Kyai Kholil ini, pas sekali dengan namanya; Dewo!
benar-benar seperti Dewa, begitu kuat dan perkasa, juga begitu berkuasa. Tidak
ingin menyia-nyiakan keberadaan Rohmah yang sudah pasrah sepenuhnya, Dewo
berniat untuk memperawani mulut, memek dan anus gadis cantik itu dengan
kontolnya, sekarang, saat ini juga!
”Neng
Rohmah, sekarang kamu lepas jubah dan celana dalammu. Setelah itu sepong
kontolku sekali lagi, manisku!” kata Dewo dengan tersenyum buas.
Tanpa
diminta dua kali, Rohmah pun melakukannya. Bahkan dia tampak melakukannya
dengan terburu-buru karena sudah tak sabar untuk memegang dan mengemut kontol
Dewo sekali lagi. "Sudah ngaceng lagi ya, Paman... gede banget, Rohmah
suka!" desahnya lirih ketika kontol Dewo mengacung tegak di depan wajahnya
yang cantik. Dielusnya perlahan batang kemaluan itu sebelum mulai menjilati
ujungnya. Tampak matanya yang lentik menatap gemas ke arah kontol panjang Dewo.
"Arghh...
terus, Budak cilikku! Hisap pakai mulutmu!" erang Dewo ketika Rohmah mulai
mengulum kepala penisnya.
Rohmah
terus menjilati lubang kencing Dewo, sebelum akhirnya mulai melahap dan
mengulumnya setelah ujung kontol itu mulai melelehkan cairan beningnya. Sambil
mengemut sebisa mungkin, tangan mungil Rohmah mengocok lembut batang kontol
Dewo, sesekali juga diremasnya perlahan buah zakar laki-laki tua itu. Mendapat
perlakuan seperti itu, rasa nikmat yang tiada tara langsung menghinggapi tubuh
kurus Dewo, meski Rohmah hanya menghisap sebagian batangnya, tapi itu sudah
cukup untuk membuatnya mengerang dan mendesis keenakan.
”Ya,
terus begitu, Neng! Masukkan semuanya, jangan sampai ada yang tersisa!” Dewo
memperhatikan kepala Rohmah yang masih tertutup jilbab bergerak maju mundur
secara teratur menghisap batang penisnya. Gadis itu sama sekali tidak mengeluh
meski kontol Dewo membuat mulutnya ngilu karena saking besarnya. Justru Dewo
yang merintih kecapekan karena kelamaan berdiri. Ia pun segera pindah ke kursi
dan meminta Rohmah untuk jongkok di hadapannya, ia menyuruh gadis itu untuk
kembali mengemut dan menjilati kontolnya.
"Isep
lagi ya, Neng. Paman masih belum puas." kata Dewo lirih.
Kembali
mulut Rohmah hinggap di penisnya, menghisap lembut disana sambil sesekali
menggigiti ujungnya yang sudah memerah tajam. Cairan bening yang terus keluar
dari lubang kencingnya ditelan semua oleh Rohmah tanpa rasa ragu. Gadis belia
itu sudah benar-benar berubah liar sekarang, sama seperti ibunya. Dewo tertawa
senang melihatnya. Sambil mengelus-elus kepala Rohmah yang masih tertutup
jilbab, diperhatikannya bagaimana kontolnya yang besar menyesaki mulut Rohmah
yang mungil. Rasanya benar-benar begitu nikmat.
Puas
menikmati mulutnya, Dewo lalu meminta Rohmah untuk bangkit berdiri. Ia cium
bibir gadis itu sambil meremas-remas tonjolan bukit payudaranya yang baru
tumbuh dengan gemas. Tangan Dewo juga menyusup ke celah selangkangan Rohmah dan
mulai mengusap-usap memeknya yang sudah terasa basah. Ia buka paha gadis itu
sedikit lebih lebar untuk mengelus-elus lubang serta itilnya. Tubuh mulus
Rohmah kontan menggelinjang mendapat serangan beruntun seperti itu, ia memekik
dan merintih-rintih di dalam dekapan Dewo, tapi sama sekali tidak menolak. Seperti
janjinya tadi, ia rela menerima apapun perbuatan Dewo pada tubuhnya!
Dewo
yang sudah ingin menyetubuhi gadis muda ini, dengan kontol berdiri tegak,
segera melepaskan pelukannya dan tidur telentang di lantai. Rohmah yang sudah
telanjang bulat duduk bersimpuh di sebelahnya dengan muka menunduk merah, tak
tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Maklum, ini adalah untuk pertama
kalinya ia bersetubuh, dan selama ini ia belum pernah mendapatkan pendidikan
apapun tentang seks dari kedua oarng tuanya. Bagi Kyai Kholil, adalah tabu
membicarakan hal seperti itu dalam keluarganya. Maka jadilah Rohmah seperti
kerbau yang dicocok hidungnya menghadapi Dewo yang sudah berpengalaman, tanpa
membantah ia menuruti apapun perkataan laki-laki tua itu.
Tanpa
memberi tahu Rohmah apa yang akan ia lakukan, Dewo membimbing gadis muda itu
agar ikut telentang di sebelahnya. Rohmah menurut. Ia juga tidak membantah saat
Dewo mengangkat kedua kakinya hingga ke pundak, membuat memeknya yang tadi
tersembul malu-malu kini jadi terekspos dengan jelas. Lubangnya yang mungil
tampak membelah tipis, dengan lorong berwarna kemerahan yang sangat kecil,
rambut-rambut halus tampak mulai tumbuh di sekitarnya, tapi masih belum begitu
panjang. Dilihat dari segi manapun, sepertinya mustahil bagi kontol Dewo untuk
menembus memek sekecil itu. Rohmah benar-benar masih perawan! Dewo tersenyum
saat melihatnya. Ia benar-benar beruntung hari ini.
Pelan,
Dewo memposisikan dirinya hingga ujung kontolnya tepat berada di depan lubang
memek Rohmah. Bisa dirasakannya kalau memek itu seperti menolak kehadirannya.
Begitu sempitnya hingga kontol Dewo seperti membentur dinding saat mencoba
menerobosnya.
”A-aduh…
sakit, Paman!!” rengek Rohmah saat Dewo terus merusaha menekan kontolnya.
”Diam
kamu, Lonte! Tahan… katanya kamu mau kuperawani!!” ancam Dewo dengan pinggul
terus terdorong ke depan. Pelan tapi pasti, setelah usaha berkali-kali yang
cukup menguras keringat, akhirnya batang kontolnya perlahan menggelosor masuk.
Meski terasa kesat dan sangat sempit, Dewo terus memaksakannya, tak peduli
dengan Rohmah yang merintih-rintih dan menjerit pilu di bawah tubuhnya.
”Diam
kamu! Atau mau kupukul?!” hardiknya.
Rohmah
langsung terdiam. Untuk menahan rasa sakitnya, dia kemudian menggigit bibirnya
agar tidak dimaki lagi oleh Dewo.
Begitu
kontolnya sudah menancap semua, tanpa memberi kesempatan memek Rohmah untuk
menyesuaikan diri, Dewo mulai menggenjot tubuhnya dengan kasar. Rohmah yang
menerimanya cuma bisa menangis dan merintih sepelan mungkin, ia tidak ingin
membuat Dewo jadi tersinggung. Rohmah ingin Pamannya itu benar-benar menikmati
saat-saat mengambil keperawanannya, tak peduli meski dirinya merasa sakit dan
terhina. Apapun akan sekuat tenaga ia tahan, yang penting Dewo merasa nikmat.
Darah
perawan Rohmah yang mulai merembes keluar membuat kontol Dewo menjadi hitam
kemerahan. Sambil terus menggoyang, tak henti-henti ia memijiti tonjolan buah
dada Rohmah yang tersaji indah di depannya. Putingnya berulang kali ia pilin
dan cubit keras-keras hingga membuat Rohmah menggelinjang kesakitan, namun
tetap tidak mau berteriak. Gadis itu benar-benar pasrah pada Dewo. Untunglah
setelah beberapa saat, Rohmah yang tadinya kesakitan kini merasa keenakan. Memeknya sudah mulai melar dan menerima kehadiran kontol besar Dewo. Benda
itu bahkan mulai mengucurkan cairan pelumas lebih banyak lagi untuk membantu
Rohmah menahan gempuran si kakek tua.
”Terus
entot aku, Paman!” pinta Rohmah semakin memanjakan Dewo. Tubuh
mungilnya bergerak seirama dengan goyangan badan Dewo yang menindihnya dari
atas. Terkadang erangannya berhenti saat Dewo menyodorkan jemarinya untuk
dihisap.
Sambil
terus menggenjot, Dewo sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan sehingga dapat
menghisap bulatan payudara Rohmah. Enak sekali menikmati payudara kenyal gadis
cantik ini sambil memompa kontolnya naik turun dengan liar. Gemas Dewo
melahapnya sambil sesekali menjilati puting merah mudanya yang tegak menantang.
Perbuatannya itu membuat erangan Rohmah semakin keras terdengar, Dewo jadi
semakin bergairah dibuatnya.
”Oughhh…
Paman, aku mau keluar! Ooughhh…!!” tanpa bisa ditahan, gadis
itupun klimaks. Cairan cintanya yang keluar bersamaan dengan darah perawannya
membuat lantai keramik putih yang menjadi alas persetubuhan mereka berubah
warna menjadi merah, terutama disekitar pantat Rohmah.
Tapi
bukannya jijik, Dewo malah jadi sangat bernafsu dibuatnya. Goyangannya menjadi
semakin liar dan brutal, begitu juga pilinan jari-jarinya di bukit payudara
Rohmah, hingga membuat putri Kyai Kholil itu menjerit dan merintih semakin
keras. ”Ahh, Paman... ehssh! Arghh!” tubuhnya menggelinjang dan makin terkulai
pasrah dalam dekapan Dewo. Dia telah dua kali mengalami orgasme, tetapi
tampaknya kontol si Dewo masih belum terpuaskan. Benda itu terus menusuk dan
mengobok-obok memek sempitnya yang kini sudah tidak perawan lagi, dan terus
bergerak liar disana sampai Dewo mencabutnya tak lama kemudian.
Rohmah
sedikit bernafas lega saat sumbat di memek sempitnya terlepas. Dia kira
permainan ini akan segera berakhir, namun ternyata dia salah. Bukannya
berhenti, Dewo malah meminta Rohmah agar membersihkan darah perawannya yang
berceceran di lantai dengan menjilatinya. Tak bisa menolak, Rohmah pun
melakukannya. Dengan sedikit menungging, ia menjulurkan lidahnya dan mulai
menjilat. Selama dia bekerja, Dewo tak henti-henti meremas pantat mulusnya
sambil sesekali salah satu jarinya menusuk masuk lubang anus Rohmah yang masih
tertutup rapat. Rohmah sedikit berjengit saat menerimanya, namun tidak bisa
menolak. Ia sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Dewo
selanjutnya.
Setelah
lantai kembali bersih, Dewo kemudian memberinya perintah lain. ”Isep lagi
kontolku, pelacur cilik!” bisiknya dengan muka merah padam akibat menahan
gairah.
Tanpa
banyak bertanya, Rohmah kembali mematuhi. Dengan bibir merah karena belepotan
oleh darah, ia menjilati kontol besar Dewo yang tersaji mantab di depan
mulutnya. Setelah bersih, dia kemudian berkata pada Dewo. ”Sudah, Paman.
Sekarang apalagi yang bisa kulakukan untuk Paman?” tanyanya menantang.
Merasa
disepelekan, Dewo segera meminta Rohmah untuk menungging. ”Sebenarnya aku ingin
melakukan ini di permainan kita yang kedua nanti, sama seperti yang kulakukan
pada ibumu. Tapi karena kamu yang meminta, terpaksa akan aku lakukan sekarang.”
jelasnya sambil mengelus-elus pantat mulus Rohmah yang tersaji indah di
depannya. Dewo kelihatan sudah tak tahan ingin cepat-cepat mencicipi benda
bulat itu.
”Lakukan,
Paman. Apapun yang Paman inginkan, jangan sungkan-sungkan untuk memintanya.
Tubuhku milik Paman sepenuhnya!” kata Rohmah.
Melihat
kepasrahan gadis muda itu, Dewo pun segera menyiapkan kontolnya. Berpegangan
pada bokong Rohmah yang bulat sekal, dia mulai menusukkannya ke depan,
menerobos memek sempit Rohmah dari belakang. “Tahan, gundikku. Akan aku berikan
kepuasan pada lubang anusmu sekarang!” kata Dewo menyeringai.
”Silahkan,
Paman. Perawani bokongku sesuka Paman.” balas Rohmah tanpa rasa takut
sedikitpun. Setelah kehilangan keperawanannya, ia benar-benar bisa lepas
menyalurkan hasrat seksnya. Apalah bedanya kehilangan ’lubang’ satu lagi, kalau
tidak sekarang, toh Dewo bakal memintanya juga suatu saat nanti.
Rohmah
menahan nafas saat merasakan air liur Dewo yang membasahi lubang anusnya. Dewo
meludahinya berkali kali sambil terus berusaha menguak dengan jari-jarinya
hingga lubang anus Rohmah perlahan mekar dan terbuka, semakin lama menjadi
semakin lebar. Setelah dirasa cukup, barulah Dewo menempatkan batang kontolnya
persis di tengah lubang dan mulai mendorong. Belssh!
Dengan agak seret kontolnya menerobos masuk. Rohmah hanya bisa diam menahan
sakit. Terasa kontol panjang Dewo mentok hingga ke usus besarnya.
”Oohhh…
Sempit sekali bo’olmu, Neng.” desis Dewo penuh kepuasan. Jepitan anus Rohmah
tak kalah dengan cekikan dinding memeknya. Dewo menyukainya. Perlahan ia mulai
menggenjot pinggulnya untuk menyodomi anus Rohmah dari belakang. Sambil
melakukannya, sesekali Dewo juga menampar dan memukul pantat gadis muda itu
serta meremasi buah dadanya yang menggantung indah.
”Ooughhh…
enak, Paman… nikmat… terus... terus entot tubuhku, Paman… lebih keras… lebih
cepat...” rengek Rohmah untuk menyenangkan hati Dewo. Sama seperti pada
memeknya tadi, awalnya memang sakit, tapi lama kelamaan berubah menjadi enak,
bahkan cenderung menjadi nikmat. Sangat nikmat malah hingga
Rohmah mencapai klimaksnya tak lama kemudian. Cairan cintanya kembali membanjir
keluar membasahi lantai keramik.
Dewo
yang melihatnya menjadi begitu bergairah. Dipeluknya tubuh mungil Rohmah yang
masih berkedut-kedut pelan sambil terus menggerakkan batang kontolnya semakin
cepat di liang vagina gadis itu. Jepitan anus Rohmah yang semakin terasa
kencang membuat Dewo tak mampu lagi menahan gejolak birahinya. Tak perlu waktu
lama, iapun menyusul Rohmah.
Seperti
biasa, beberapa detik sebelum pejuhnya meledak keluar, Dewo cepat-cepat
menghentikan genjotannya dan menarik keluar batang penisnya. Memutar tubuh, ia
berikan daging panjang itu kepada Rohmah. ”Emut, nduk!” perintahnya dengan
tubuh gemetar dan badan mengkilat oleh keringat.
Rohmah
segera membuka mulutnya dan melahap kontol Dewo semampu mungkin. Dikocoknya
benda itu dalam mulutnya hingga Dewo menggeram pelan, “Arghhh… terima ini,
Lonteku! Arghhh… arghhh...” sambil memegangi kepala Rohmah yang masih tertutup
jilbab, Dewo mengeluarkan cairan maninya. Berkali-kali benda putih lengket itu
menyembur keluar hingga memenuhi tenggorokan Rohmah. Sama seperti kejadian
pertama, Putri Kyai Kholil itu dengan
sigap langsung menelannya. Tampaknya ia sudah ketagihan dengan gurihnya sperma
Dewo. Rohmah terus menjilati kontol Dewo sampai akhirnya benda itu melemas dan
mengecil tak lama kemudian.
”Aghh...
sudah, Neng Rohmah!” Dewo menarik keluar kontolnya dan terduduk lemas di kursi
ruang tengah dengan badan gemetaran karena lelah.
”Iya,
Paman. Rohmah ucapkan terimakasih karena Paman telah sudi ngewe sama aku.” kata
Rohmah sambil tersenyum dan berkedip penuh arti.
Tepat
setelah mereka selesai membersihkan tubuh, Wiwik dan Nyai Siti pulang ke rumah.
Dewo dan Rohmah bersikap senormal mungkin, pura-pura tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka.
Hanya Nyai Siti yang tahu, tapi berusaha tidak menunjukkannya. Sedangkan Wiwik
sama sekali tidak curiga karena Rohmah sudah membersihkan lantai ruang tengah
yang penuh dengan noda darah perawannya hingga mengkilat. Rohmah juga berusaha
menahan rasa sakit di memek dan lubang anusnya dengan sebisa mungkin berjalan
seperti biasa.
Nyai
Siti tersenyum saat melihatnya. Dia kemudian menuju ke belakang, pergi ke kamar Dewo secara diam-diam. Sedangkan Wiwik
yang sudah lelah langsung masuk ke dalam kamarnya. Rohmah juga sudah terlelap
dalam tidurnya setelah kelelahan dientot oleh Dewo. Dengan perlahan-lahan Nyai Siti
membuka pintu kamar Dewo, terlihat Dewo tengah duduk membelakanginya sambil menghisap
rokok.
”Gimana, Mas, apakah kamu puas menikmati tubuh anakku?” tanya Nyai Siti.
Dewo menoleh dan tersenyum. ”Kamu memang benar-benar lonteku yang baik, Nyai.”
jawab Dewo. ”Bersimpuhlah di depanku, akan kuberikan hadiah kontol kesukaanmu.”
”Ohhh… terima kasih, Mas Dewo.” Nyai Siti segera bersimpuh di depan Dewo
yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan sarung. Bau badan Dewo yang tidak
mandi setelah menikmati keperawanan anaknya, malah membuat Nyai Siti semakin
bernafsu. Dia masukkan kepalanya ke dalam sarung Dewo, dan mulai mengoral
kontol Dewo sambil sesekali menjilati pelirnya.
Dewo langsung mendesah mendapat perlakuan itu, setelah mematikan rokoknya,
dia kemudian memegang kepala Nyai Siti yang berada di dalam sarungnya. ”Agrhh, lonteku…
terus… rasakan kontolku di tenggorokanmu!!” raung Dewo sambil menekan kepala Nyai
Siti kuat-kuat, ia berusaha memasukkan lebih dalam lagi kontolnya ke mulut manis
Nyai Siti.
Nyai Siti hampir tidak dapat bernafas karenanya. Ia berkali-kali tersedak,
tapi tetap mengulum mesra karena ia menyukainya.
”Sebentar, Nyai.” kata Dewo sambil melepaskan kontonya dari mulut Nyai Siti.
“Ada apa, Mas?” tanya Nyai Siti heran, tidak biasanya Dewo menolak
hisapannya.
”Aku mau mau kencing dulu, Nyai.” jawab Dewo.
Sambil tersenyum nakal, Nyai Siti berkata, ”Ah, Mas Dewo, kenapa harus
repot kencing ke luar... nih, mulutku kan bisa buat nampung kencingmu.” Nyai
siti kemudian membuka mulutnya sambil mengarahkan kontol Dewo ke dalamnya.
”Benarkah, Nyai?” tanya Dewo tak percaya.
”Pelan-pelan ya, Mas, kencingnya... biar bisa aku minum semuanya.” sahut
Nyai Siti kalem.
Mengangguk kegirangan, Dewo dengan pelan segera mengencingi mulut Nyai Siti.
Air seninya yang berwarna putih kekuningan mengalir turun memenuhi mulut
perempuan cantik itu. Dan seperti orang yang kehausan, Nyai Siti segera menelan
dan menenggak semuanya, ia habiskan semua air kencing berbau pesing yang keluar
dari kontol panjang Dewo.
”Nyai, cepat nungging di lantai, aku jadi tidak sabar pengen memasukkan
kontolku ke dalam anusmu.” kata Dewo begitu kandung kemihnya sudah kosong,
kebinalan Nyai Siti membuatnya jadi tak tahan.
Nyai Siti pun segera menungging, dan tanpa menunggu lama... jleebss! Dewo
menusukkan kontolnya, dan… arghhh! Ia mulai memompa anus istri Kyai Kholil itu.
“Arghhh… terus, Mas… enak… ougghhhhh!!” genjotan Dewo yang sangat keras
namun nikmat membuat Nyai Siti cepat orgasme tak lama kemudian. Cairan cintanya
mengucur deras dari lubang memeknya, berjatuhan di lantai dan tikar tipis yang
mereka gunakan sebagai alas. Dewo meraupnya dan segera meratakannya ke seluruh
tubuh Nyai Siti. Diremas-remasnya payudara Nyai Siti yang bulat besar sambil
terus menggenjot tubuhnya semakin keras. Kontol Dewo masih tetap perkasa,
padahal Nyai Siti sudah dua kali mengalami orgasme. Laki-laki itu benar-benar
luar biasa.
Dengan kasar Dewo kemudian membalik tubuh Nyai Siti hingga wanita itu
sekarang telentang di lantai. Dewo bergeser ke atas, sambil kembali memainkan
payudara Nyai Siti yang menjulang indah, ia masukkan kontolnya ke dalam mulut Nyai Siti
yang sudah siap menerimanya. Meski sudah berancang-ancang sebelumnya, tapi
karena begitu gedenya kontol Dewo, tak urung Nyai Siti tetap tersedak juga.
”Ayo, Nyai lonteku… aku entot mulutmu…” Dewo menusukkan kontolnya
kuat-kuat, begitu kuatnya hingga hampir masuk ke dalam tenggorokan Nyai Siti.
Nyai Siti semakin terdesak dan tersiksa, namun sama sekali tidak bisa
menolak. Untunglah tak lama kemudian Dewo sudah memuntahkan air maninya, Nyai
Siti segera menelan semuanya karena Dewo tengah menacapkan kontolnya dalam-dalam,
membuat spermanya masuk ke dalam kerongkongan Nyai Siti tanpa meluber sedikit
pun.
Kini Dewo sudah sepenuhnya menguasai tubuh Nyai Siti, wanita itu rela
melakukan apapun asalkan dibayar dengan kontol si Dewo. Impian Dewo untuk
menguasai wanita di rumah itu tinggal selangkah lagi, giliran Wiwik, adik
kandung Nyai Siti yang akan menjadi budak nafsu selanjutnya.
Jual Berbagai Macam Obat Bius, Obat Bius Cair, Obat Bius Hirup, Obat Bius Serbuk, Obat Bius Suntik, Obat Bius Hewan, Obat Bius Spray, Obat Tidur Cair, Obat Insomnia, Obat Anti Depresan, Obat Penenang, Obat Bius Pria dan Wanita, Obat Perangsang Pria dan Wanita Murah .
BalasHapusInfo Lebih Lengkap Silahkan Kunjungi Website Kami :
www.klinikzolam.com
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.