Muslihat Kakek Dewo 6
Kemarin
tak sengaja Dewo melihat Imah, ibu satu anak yang suaminya merantau ke luar
pulau. Saat itu Dewo baru pulang dari kerjaan mencangkul di sawah. Dadanya
berdesir manakala melihat kecantikan Imah, apalagi wanita itu memakai kaos
tipis yang mencetak jelas bentuk tubuhnya yang sintal meski dia berjilbab.
Timbul pikiran kotor Dewo untuk bisa mencicipi tubuh Imah. Ia pun segera
mengatur siasat.
Setibanya
di rumah, Dewo segera mencari Nyai Siti. Ia tidak memanggil perempuan cantik
itu, tetapi langsung mencari ke kamarnya. Kebetulan hari ini Kyai Kholil sedang
tidak ada di rumah, laki-laki itu mendapat undangan mengisi pengajian ke desa
sebelah, baru nanti sore pulangnya. Dewo yang sudah hafal betul kebiasaan Nyai Siti,
dengan perlahan melongokkan kepala. Jam segini, istri Kyai Kholil itu selalu
tidur siang. Benar saja, dilihatnya Nyai Siti tengah terlelap menggunakan
daster lengan panjang. Rambutnya digerai ke punggung, tidak ada jilbab panjang
yang menutupi seperti biasanya.
Setelah
menutup pintu, dengan badan basah penuh keringat, Dewo kemudian melepas celana
kolornya dan perlahan naik ke atas ranjang. Dihampirinya Nyai Siti yang masih
tetap terlelap, sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Dewo lalu mengulurkan
kontolnya yang sudah menegang ke depan mulut perempuan cantik itu dan
menggesek-gesekkannya lembut disana. Sambil melakukannya, Dewo juga mulai meremas-remas
payudara Nyai Siti yang bulat besar, yang masih tertutup baju daster. Dewo
memijit-mijitnya dengan keras hingga membuat Nyai Siti terbangun tak lama
kemudian.
”Ah,
apa... eh, Mas Dewo,” gagap Nyai Siti, lalu tersenyum begitu melihat siapa yang
duduk telanjang di depannya. Dan senyumnya berubah semakin lebar manakala
melihat kontol panjang Dewo yang telah berdiri menantang di depan hidungnya.
Nyai Siti segera menangkapnya dengan menggunakan mulut dan lekas mengulumnya begitu
nafsu.
Sambil
mengentot mulut Nyai Siti, Dewo berbisik, ”Nyai, aku perlu bantuanmu.” tangannya
masuk ke dalam daster Nyai Siti untuk memegangi payudara istri Kyai Kholil itu
secara langsung.
”Demi
kontolmu, aku rela melakukan apapun, Mas.” jawab Nyai Siti dengan mulut penuh
kontol.
Sambil
mulai menelanjangi tubuh sintal Nyai Siti, Dewo pun membisikkan sesuatu, dan
terlihat Nyai Siti hanya mengangguk mengiyakan. Dewo kemudian mencium mulut Nyai
Siti sebagai ungkapan rasa terima kasihnya. Nyai Siti hanya bisa pasrah, dengan
tetap berpelukan, mereka terus bercumbu. Tangan Dewo menggerayangi tubuh mulus
Nyai Siti yang kini sudah telanjang total. Nyai Siti yang juga terbakar nafsunya,
sambil memegang dan mengocok-ngocok kontol Dewo, berinisiatif menjilati leher dan
dada laki-laki tua itu. Meski tubuh Dewo bau keringat, Nyai Siti tampak tidak
peduli. Malah ia seperti menyukainya, ia terus memainkan puting Dewo dengan
menghisap dan menjilatinya penuh nafsu.
Dewo
yang juga sudah telanjang, senang-senang saja tubuhnya disapu oleh lidah Nyai Siti.
Tapi ia tidak ingin berlama-lama dalam bercumbu, cepat ditariknya tangan Nyai Siti
ke belakang dan kemudian diikatnya dengan tali. ”Sebagai hadiah bagi Nyai, akan
kuberikan kesenangan kepadamu hari ini.” kata Dewo sambil menyumpalkan celana
dalamnya ke mulut Nyai Siti.
Nyai
Siti hanya mengangguk saja. Ia tampak pasrah, tapi tatapan matanya menyiratkan
tanda tanya besar dengan apa yang akan dilakukan oleh si Dewo kali ini.
Setelah
menyumpal mulut Nyai Siti, Dewo kemudian mengambil guling untuk mengganjal
perut Nyai Siti. Dia juga menarik kaki Nyai Siti yang menggantung kemudian diikatnya
ke kanan dan ke kiri. Dengan posisi tengkurap, kini tubuh Nyai Siti tampak
menungging indah. Dewo tersenyum saat melihatnya, sekarang waktunya untuk beraksi.
Diolesinya lubang anus Nyai Siti dengan ludahnya sampai menjadi basah, ia juga meludahi ujung kontolnya sendiri.
Setelah dirasa cukup, barulah ia mempertemukan keduanya.
”Hmph...”
rintih Nyai Siti saat kontol panjang Dewo menerobos lubang anusnya. Ia tidak
bisa mengaduh ataupun berteriak karena mulutnya disumpal Dewo dengan celana
dalam.
Sambil
mulai menggenjot tubuhnya, tangan Dewo ikut beraksi. Dengan gemas ia meremas-remas
payudara Nyai Siti yang menggantung indah. Juga sesekali menampar pantat Nyai Siti
yang bulat besar hingga jadi memerah. Tak lupa ia mengobok-ngobok memek Nyai
Siti dengan dua jari hingga membuat perempuan cantik itu orgasme tak lama
kemudian.
”Hmph...
umph...” Nyai Siti menjerit, tapi suaranya teredam oleh sumpalan celana dalam
Dewo. Hanya kucuran air cintanya yang begitu deras yang bisa menjadi petunjuk
kalau istri Kyai Kholil itu sedang mengalami nikmat yang amat sangat.
Dewo
yang keenakan menggenjot anus Nyai Siti hampir ikut meledak juga, tapi untung
ia cepat sadar. Cepat ditariknya kemaluannya dan diarahkannya ke mulut Nyai
Siti. Dilepaskannya sumpalan di mulut perempuan
cantik itu, ”Emut kontolku, Nyai!” perintahnya.
Dengan
mulut kering akibat banyaknya air liur yang terserap oleh celana dalam Dewo,
Nyai Siti melahap kontol itu dan mulai mengulumnya.
”Kamu
haus, Nyai? Nih, aku berikan madu untukmu…” kata Dewo sambil memompa kontolnya hingga mentok ke tenggorokan
Nyai Siti. Tidak berapa lama, ia pun orgasme di mulut Nyai Siti, spermanya yang
kental berhamburan memenuhi mulut Nyai Siti.
Dengan
badan remuk redam tapi nikmat, Nyai Siti berusaha menelan semuanya. Ia mulai
menyukai rasa pejuh Dewo. Dewo yang kelelahan, dengan senyum penuh kepuasan berbaring
di tempat tidur Nyai Siti. Diperhatikannya istri Kyai Kholil yang cantik itu,
yang kembali mengenakan daster dan jilbabnya.
”Mas,
aku siapkan makan siang ya...” kata Nyai Siti sambil melangkah gontai keluar dari
kamar.
”Jangan
lupa rencana kita nanti malam, Nyai.” Dewo mengingatkan. Bagaikan raja, itulah Dewo
yang kini sudah menguasai tubuh dan fikiran Nyai Siti.
Nyai
Siti hanya mengangguk lemah dan berlalu menuju dapur.
***
Malamnya
berjalan seperti perkiraan Dewo, Nyai Siti pulang dari Masjid bersama Imah dan
seorang tetangga mereka yang lain. Dewo sudah memasang pelet di depan pintu,
siapapun yang melewatinya akan menuruti kata-kata Dewo, tidak peduli laki-laki
maupun perempuan. Dewo bekerja keras untuk yang satu ini, ia harus mengerahkan
semua ilmunya untuk mewujudkannya, dan berharap semoga saja pelet itu bisa
bekerja sempurna.
Dengan
alasan ingin memperlihatkan sesuatu, Nyai Siti mengajak Imah untuk mampir
sebentar ke rumahnya. Sedangkan tetangga yang lain, karena umurnya terlalu tua
-yang pasti tidak disukai oleh Dewo- dengan halus diminta pulang oleh Nyai
Siti. Untung orangnya mau, dan sepertinya Imah juga tidak curiga. Dari dalam
kamarnya, Dewo memuji kemampuan Nyai Siti dalam memainkan kata-kata.
Beriringan
bersama Imah, Nyai Siti berjalan melewati pintu depan. ”Tunggu disini ya, Im.
Saya ambilkan dulu barangnya.” kata Nyai Siti, ia menyuruh Imah untuk menunggu
di ruang tamu. Dari gelagatnya, Dewo bisa menebak kalau ilmu peletnya bekerja,
Imah tampak bingung dan hilang kesadaran. Pandangannya kini menjadi kosong.
Nyai
Siti segera mendatangi Dewo yang menunggu di kamar. ”Mas, dia sudah siap.” lapornya
begitu pintu sudah tertutup.
Dewo
tersenyum sambil memeluk tubuh sintal Nyai Siti, ”Kamu pintar, tunggu disini
ya, aku mau nemui dia dulu.” setelah mencium bibir Nyai Siti, Dewo pun beranjak
keluar dari kamar menuju ruang tamu.
“Imah,
tumben mampir?” tanya Dewo dari belakang, mengagetkan Imah yang sedang
termenung, bingung kenapa gairah dan birahinya tiba-tiba melonjak seperti ini.
”I-iya,
ada perlu sama Nyai Siti.” jawab perempuan beranak satu tersebut.
”Boleh
aku duduk di sini?” tanya Dewo pura-pura bersikap sopan, padahal dalam hati ia
tengah merapal mantra untuk dipakai memperkuat ilmu peletnya.
“S-silakan,”
kata Imah dengan muka memerah.
”Kamu
cantik, bikin celanaku jadi sesak aja,” goda Dewo terus terang.
Imah
menundukkan kepala, mukanya jadi makin memerah. ”Ah, Pak Dewo bisa aja.”
sahutnya dengan dada berdebar keras, tak urung matanya melirik selangkangan
Dewo yang memang menonjol besar.
”Sudah
berapa lama suamimu pergi merantau?” tanya Dewo.
”Tiga
tahun,” jawab Ima.
”Jadi
tiga tahun ini kamu kedinginan dong,” goda Dewo. ”Aku bisa menghangatkanmu lho.”
tambahnya berani.
Imah
diam dan pandangannya menerawang. Ia berusaha menarik napas
yang makin lama semakin terasa sesak. Gemuruh di dadanya juga terasa terus
menggelora. Perempuan itu memainkan jemarinya, tampak berpikir antara menolak
atau menerima ajakan Dewo. Kalau dalam kondisi normal,
Imah tentu akan murka digoda seperti itu. Tapi sekarang, dengan kondisi dipelet
seperti sekarang ini, ia malah jadi salah tingkah. Tentu saja, karena pelet
Dewo memang mustahil untuk dilawan.
“Bagaimana,
Im. Kamu mau?” tanya Dewo sambil meniupkan nafasnya yang berisi jampi-jampi ke
kuduk Imah.
Diserang
dengan dosis berlipat-lipat seperti itu, Imah yang pada dasarnya memang tidak
kuat iman, takluk dengan mudah. Nyai Siti saja menyerah,
apalagi dia yang memang haus akan sentuhan laki-laki. Dengan mata menatap sayu,
perlahan Imah berdiri dan meraih tangan Dewo. ”Pak Dewo, ohh... lakukan! Cepat
setubuhi aku! Puaskan aku dengan kontol besarmu itu! Kumohon...”
pintanya penuh nafsu.
Dewo
menyeringai. ”Dengan senang hati, mbak Imah.” sahutnya sambil membimbing Imah masuk
ke dalam kamar. Nyai Siti yang sudah menunggu, segera membantu Dewo
menelanjangi Imah. Saat istri Kyai Kholil itu ingin ikut melepaskan pakaiannya,
Dewo lekas melarang.
”Tidak
sekarang, Nyai. Aku ingin total ngentotin dia, Nyai jangan ganggu. Nanti Nyai
aku kasih jatah sendiri.” kata Dewo.
Dengan
agak marah dan kecewa, Nyai Siti keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa lagi.
Dewo segera menutup pintu dan beralih menghadapi Imah yang sudah duduk pasrah
di pinggiran tempat tidur.
”Akan
kupuaskan kau malam ini, budakku yang baru!” kata Dewo sambil memeluk tubuh
montok Imah dari belakang dan menciumi leher serta bahunya yang terbuka.
”Hmm...”
melenguh kegelian, Imah memegang tangan Dewo dan ditangkupkan ke arah buah dadanya.
Dewo segera meremas-remasnya perlahan. Ukurannya sedikit lebih kecil dari milik Nyai Siti, tapi
terasa begitu lembut dan padat. Maklum, usia Imah memang lebih muda dari Nyai
Siti. Mereka selisih 8 tahun. Tubuh Imah juga lebih kelihatan ramping dan menggoda,
hanya karena kecantikan Nyai Siti lah yang membuat Dewo tetap menganggap istri
Kyai Kholil itu sebagai gundiknya yang nomor satu.
”Ahh...”
Imah merintih perlahan dan membalikkan badannya. Mereka masih terus berpelukan.
Remasan Dewo semakin lama semakin terasa keras dan ganas. Imah yang mengerti kalau nafsu
Dewo sudah mulai bangkit, kini mendesah dan menggesek-gesekkan pipinya
ke pipi Dewo. Bibirnya mengulum
daun telinga Dewo dan mendesah manja disana.
“Ohh...
Pak Dewo, sudah sejak lama aku menginginkan yang seperti ini.” bisik Imah.
“Iya,
mbak Imah, aku akan memuaskanmu malam ini.” balas Dewo sambil menciumi telinga
Imah. Ia segera membaringkan dan menindih tubuh ibu muda beranak satu ke atas
ranjang. Sambil mulai menciumi bibir, leher dan pipinya, Dewo merapatkan tubuh
ke badan montok Imah.
Tangan
Imah dengan cekatan membuka kancing baju Dewo saat laki-laki itu menyusuri pangkal buah dadanya dengan
lidah. Kulit Imah yang putih mulus menciptakan siluet yang sangat indah saat diterpa
cahaya lampu kamar yang remang-remang. Imah melanjutkan aksinya dengan melepas
ikatan sarung Dewo. Dalam beberapa detik, mereka sudah sama-sama telanjang
sekarang.
”Auw,
Pak Dewoo...” rintih Imah saat Dewo memilin dan meremas putingnya begitu keras.
Laki-laki itu juga membenamkan mulutnya ke belahan payudara Imah yang mulus
terbuka, yang terasa begitu empuk dan lembut saat ia menciumi permukaannya.
Imah
membalas dengan meraih dan mengusap-usap kontol Dewo yang sudah menegang penuh.
Benda itu tampak begitu panjang dan kokoh, mengganjal di perut Imah bagai
tonggak kayu yang tidak bisa patah. Dewo menaikkan pantatnya agar Imah bisa memainkan
penisnya begitu rupa. Ia juga memutar tubuhnya agar mereka bisa memainkan alat
kelamin masing-masing. Entah kenapa, dengan Imah, Dewo tidak bisa berlaku
kasar.
Kini
di hadapannya tersaji memek sempit Imah yang sudah memerah basah. Dengan penuh
nafsu Dewo menjilat dan memainkan tonjolan daging kecil yang ada di bagian
depannya. Imah membuka pahanya lebih lebar agar memudahkan Dewo dalam melakukan
aksinya.
“Ough...
Pak Dewo, terus... ahh!!” pekik Imah saat Dewo menjilat dan menjepit itilnya
dengan menggunakan bibir. Ia menghentakkan kepala dengan keras ke atas bantal untuk
meluapkan rasa nikmatnya. Imah merengek-rengek agar Dewo meneruskan aksinya
tanpa perlu buru-buru melancarkan
serangan terakhir.
Dewo
yang sangat suka melihat bentuk memek Imah, terus menggerakkan bibirnya naik
turun. Ia menyapu itil Imah berkali-kali hingga membuat lorongnya yang sempit
jadi semakin basah dan lengket. Saat sudah banyak cairan yang mengalir keluar,
Dewo segera menjilat dan menelannya dengan senang hati.
Terengah-engah,
Imah menatap Dewo yang kini berdiri mendekatinya. Diperhatikannya kontol
laki-laki itu yang begitu besar dan panjang. Punya suaminya dulu tidak ada
apa-apanya dibanding ini. Imah menelan ludah, terlihat gentar dan takut, namun
dalam hati juga berteriak gembira karena yakin sebentar lagi akan merasakan kenikmatan
seks yang sesungguhnya.
”Emut
kontolku, mbak!” pinta Dewo.
Sama
seperti Nyai Siti, Imah awalnya juga kesulitan. Namun setelah menemukan ritme
dan iramanya, iapun bisa melakukannya dengan lebih baik. Memang lebih nikmat
sepongan Nyai Siti, tapi tetap saja Imah sanggup membuat Dewo melenguh
keenakan.
”Ehm,
terus, Mbak. Yah, begitu! Terus!” rintihnya dengan
tangan terulur untuk meremas-remas bulatan payudara Imah yang menggantung
indah.
Beberapa
saat mereka dalam posisi seperti itu. Dewo memegangi kepala Imah dengan tangan
kirinya dan menekannya kuat-kuat ke pangkal pahanya, membuat kontolnya yang
panjang masuk seluruhnya. Imah ingin tersedak dan muntah karenanya, namun tidak
bisa karena Dewo buru-buru menarik burungnya begitu wajah Imah sudah memerah.
Begitu terus berulang kali hingga Dewo kembali tertarik untuk menciumi payudara
besar milik Imah.
Ditindihnya
lagi tubuh perempuan cantik itu. Kedua tangannya segera meremas-remas payudara
bulat Imah. Kepalaku menjelajahi permukaanya yang halus mulus, yang
keempukannya mengingatkan Dewo pada balon berisi air. Putingnya yang mungil
kemerahan, berkali ia cucup dan gigit-gigit pelan hingga membuat Imah merintih
tak tahan.
Sambil
meremas ujung bantal, Imah menggesek-gesekkan ujung kontol Dewo ke bibir
vaginanya. “Auhh... ayo, Pak Dewo... lakukan! Entoti aku! Penuhi aku dengan kontolmu!”
ia merintih pelan saat tangan kiri Dewo mulai menjalar di pangkal pahanya.
Laki-laki itu memasukkan jari tengah ke belahan memek Imah yang sempit.
”Ahh...
geli, Pak! Jangan!” desis Imah begitu Dewo mulai mengocoknya. Ia membalas
dengan mengusap dan meremas kontol Dewo kuat-kuat.
Dewo
melanjutkan aksinya dengan menciumi seluruh bagian tubuh Imah yang putih seksi,
terutama tonjolan payudaranya. Dewo melumatnya berkali-kali hingga menciptakan
beberapa cupangan di permukaannya yang bulat besar. Terasa memek Imah sudah
semakin basah dan panas. Dewo kembali menjilat dan menelan semua cairannya.
Begitu juga Imah, ia kembali mengulum kontol panjang Dewo hingga mereka saling
menghisap kemaluan sekarang.
Kontol
Dewo sudah terasa mengeras maksimal. Kepalanya yang memerah dan
berdenyut-denyut tampak angker dan menakutkan. Inilah saatnya. Dengan posisi
menindih tubuh molek Imah, Dewo pun mulai menusukkan batang kontolnya. Semuanya
berlangsung sangat cepat, tahu-tahu kontol Dewo sudah ditelan oleh memek Imah
yang sempit. Terasa begitu hangat dan lembab. Dewo merintih merasakan betapa
ketatnya lorong vagina Imah.
”Oughh...
Pak Dewo!” rintih Imah saat pinggul Dewo mulai bergerak naik turun mengocok
liang vaginanya. Ia berusaha mengimbangi dengan memutar pinggul dan menaik-turunkan
pantatnya perlahan. Kakinya menjepit paha Dewo, sambil kadang dikangkangkan
lebar-lebar kalau Dewo menusuk terlalu keras.
”Terima
ini, akan kubuat kau tidak bisa melupakan persetubuhan ini.” ancam Dewo sambil
menciumi bahu dan dada Imah. Beberapa kali ia menggigit putingnya sampai meninggalkan
bekas kemerahan yang sangat banyak. Jepitan dan sempitnya memek Imah membuat
Dewo lupa diri, ia benar-benar didera oleh rasa nikmat yang luar biasa.
Laki-laki
itu bergerak semakin cepat dan mulai merasakan aliran yang tidak terkendali di dalam
tubuh tuanya. Tapi Dewo tidak ingin mengeluarkannya sebelum Imah orgasme
duluan, pantang bagi dia untuk kalah oleh perempuan. Maka Dewo pun menurunkan
irama permainannya. Kini Imah yang bergerak-gerak liar, berusaha mengejar
kenikmatan seksual dengan sisa-sisa tusukan kontol Dewo.
Imah
yang sudah begitu bergairah, sampai juga ke puncak sesaat kemudian setelah
mengeluarkan teriakan keras dan panjang. “Aah... Pak Dewo, ouhh...” Tubuhnya
mengejang dan pantatnya naik. Untuk memaksimalkan kepuasannya, maka Dewo menekan
kontolnya semakin dalam ke lorong vagina perempuan cantik itu. Terasa cairan
kewanitaan Imah menyembur deras menyiram batang penis Dewo, sebagian menetes
keluar membasahi sprei.
Sejenak
mereka beristirahat tanpa Dewo mencabut penisnya. Setelah beberapa lama, begitu
Imah terlihat sudah mulai tenang, maka Dewo memberikan isyarat untuk doggy
style. Ia dorong tubuh montok Imah agar mengambil posisi tengkurap. Sekarang
wanita beranak satu tersebut sudah berbaring membelakangi Dewo dengan memek
mengintip malu-malu dari celah-celah pahanya yang putih mulus. Dewo mengusap
dan menjilatinya sebentar, namun bukan itu sasarannya kali ini. Dengan ludahnya
Dewo membasahi lubang anus Imah.
”Aku
ingin mengambil perawanmu yang ini, boleh?” tanya Dewo dengan maksud tidak
ingin ditolak.
Tersenyum
mengiyakan, Imah menganggukkan kepala. ”Silahkan, Pak Dewo. Lakukan apapun yang
kau mau pada tubuhku!” sahutnya.
Imah
menaikkan pantatnya sedikit saat ujung kontol Dewo terasa mulai menyundul
lubang anusnya. Dewo menekan dan bless... dengan diiringi pekikan tertahan dari
Imah, kontol Dewo yang masih kaku dan keras pun masuk seluruhnya. Sambil
berpegangan pada pinggul Imah yang besar, Dewo mulai menggenjot tubuhnya. Ia
menusuk lubang belakang Imah berulang kali hingga ia merasa hampir mencapai
puncak. Dewo segera menarik batang penisnya dan mengarahkannya ke wajah cantik
yang sudah terpejam pasrah.
”Terima
ini, lonte baruku!” geram Dewo dengan nafas terengah-engah. Dari ujung kontolnya,
menyemprot cairan kental yang amat banyak, membasahi mulut dan hidung bangir
Imah.
Menerima
dengan senang hati, Imah lekas meratakannya ke seluruh wajah sebelum cairan itu
jadi kering. Wajahnya kini jadi tampak licin dan mengkilat oleh lendir Dewo. Setelah itu mereka sama-sama terbaring lemas.
***
Dengan
tubuh lelah, Dewo mengantar Imah sampai pintu depan. Cara jalan wanita itu jadi
aneh akibat tusukan kontol Dewo yang bertubi-tubi di dua lubangnya. Mereka
berjanji untuk bertemu lagi dalam waktu dekat.
”Mainlah
ke rumahku. Mulai saat ini, tubuhku adalah milikmu.” kata Imah sebelum mereka
berpisah.
Dewo
tersenyum dan mengiyakannya. Bertambah lagi daftar budak nafsunya selain Rohmah, Wiwik dan Nyai Siti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar